Aku gugup. Jum’at malam, 5 Juni 2015 pukul 20:15 menjadi
moment bersejarah kedua didalam hidup setelah hari kelahiran. Diruang tamu
rumahmu, puluhan pasang mata menjadi saksi dalam sejarah baru itu. Susana
menjadi tegang ketika Bapakmu menjabat erat tanganku yang sedari tadi basah
gemetar. Suasana hening mendadak pecah dalam satu nafas ku balas akad kehidupan
baru kita ...
“Saya terima nikah Suri Kartika Dewi maharnya seperangkat
alat solaaatt...”
“Bagaimana?”, ... Sah !!!
“Alhamdulillah”, seru seisi rumah dalam puluhan pasang mata
yang sedari tadi fokus kearahku. Kitapun sah menjadi suami istri. Artinya mulai
saat itu orang tuamu telah menyerahkan sepenuh tanggung jawabnya kepadaku atas anak perempuannya.
Kita saling percaya bahwa pertemuan, jodoh untuk memulai
kehidupan yang baru hari ini sampai ajal memisahkan adalah satu rangkaian
perencanaan luar biasa yang tidak disangka sangka. Setelah menjalin komunikasi
intensif hanya enam bulan lamanya membuat kita tersadar bahwa Yang Maha
Merencanakan telah mengatur ini sebelum jauh pertemuan kita.
Banyak yang tak mengira kalau kita akan menikah dalam waktu
secepat ini. Sebab baik temanku ataupun temanmu tak banyak yang mengetahui
tentang profil kita. Menikah soal kelurusan niat dan tekat. Barangkali sudah
menjadi semacam dogma diluar sana kalau pernikahan butuh persiapan dan
perencanaan selama bertahun tahun lamanya untuk menyiapkan keperluan ini dan
itu terkait finansial. Tapi ternyata sedikit yang mengira kalau menikah bukan
perkara kesiapan finansial tetapi masalah kelurusan niat tentang apa tujuan
dari menikah.
Kisa juga saling percaya, sebab menikah tak hanya menjaga
kehormatan diri dan hati, akan tetapi pembuktian untuk mencari keridhoan mulia
dalam penerjemahan ketaatan kepada Tuhan dalam meninggikan derajat. Menikah di
bulan Sya’ban menjadi awalan yang bagus bagi kami, mudah mudahan Ramadhan yang akan dihadapi
akan lebih maksimal untuk beribadah apalagi ditemani dengan istri tercinta.
Menikah adalah jalan pulang dalam menjalani hidup. Ya!
Menikah. Dengan pernikahan seseorang akan memulai perjalanan hidup dengan
mementum yang sama. Yakni akan menjalani pernikahan perjalanan hidup kedepan
bersama dengan pasangan secara bahagia dengan segala bentuk kemudahan dan
kesukaran ditengah segala kekurangan.
Banyak teman teman yang terkejut atas pernikahan kami lewat
pertemuan yang singkat ini. Sebab jawabnya juga sederhana dan tidak perlu
tergesa gesa dalam menikah. Singkat ! Luruskan niat utama yang membuat
keinginan untuk menikah sehingga rejeki itu datang dengan cara bertubi jika
niat telah diluruskan.
Menikah, firtah pemberian Allah yang telah lekat pada
kehidupan manusia. Dan jika manusia melanggar fitrah pemberian Allah hanyalah
kehancuran yang didapatkan.
“Dan janganlah kalian mendekati zina, karena zina perbuatan
yang buruk lagi kotor,” (Qs. Al Isra’ : 32)
“... dan nikahkanlah orang orang yang sendirian diantara
kamu, dan orang orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaku dan
hamba hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN, MAKA ALLAH AKAN MENGKAYAKAN
MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah maha luas (PemberianNya) dan maha
pengetahui,” (QS. An Nur: 32)
“Wanita yang baik adalah untuk lelaku yang baik. Lelaki yang
baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya) Bagi mereka ampunan
dan riski yang melimpah (yaitu : Surga)” QS. An Nur : 26)
Jadi mengapa harus
berfikir untuk mensegerakan yang baik. Tak perlu perencanaan sampai bertahun
tahun dalam jebakan lingkaran dosa. Mudah mudahan selalu diberikan jalan kepada
kawan kawan yang temotivasi setelah membaca tulisan ini untuk menikah. Semoga
...
#KOLONGLANGIT
9 Juni 2015
0 komentar:
Posting Komentar