blog edit

Kamis, 11 Juni 2015

I am Married


Aku gugup. Jum’at malam, 5 Juni 2015 pukul 20:15 menjadi moment bersejarah kedua didalam hidup setelah hari kelahiran. Diruang tamu rumahmu, puluhan pasang mata menjadi saksi dalam sejarah baru itu. Susana menjadi tegang ketika Bapakmu menjabat erat tanganku yang sedari tadi basah gemetar. Suasana hening mendadak pecah dalam satu nafas ku balas akad kehidupan baru kita ...


“Saya terima nikah Suri Kartika Dewi maharnya seperangkat alat solaaatt...”

“Bagaimana?”, ... Sah !!!

“Alhamdulillah”, seru seisi rumah dalam puluhan pasang mata yang sedari tadi fokus kearahku. Kitapun sah menjadi suami istri. Artinya mulai saat itu orang tuamu telah menyerahkan sepenuh tanggung jawabnya  kepadaku atas anak perempuannya. 

Kita saling percaya bahwa pertemuan, jodoh untuk memulai kehidupan yang baru hari ini sampai ajal memisahkan adalah satu rangkaian perencanaan luar biasa yang tidak disangka sangka. Setelah menjalin komunikasi intensif hanya enam bulan lamanya membuat kita tersadar bahwa Yang Maha Merencanakan telah mengatur ini sebelum jauh pertemuan kita. 

Banyak yang tak mengira kalau kita akan menikah dalam waktu secepat ini. Sebab baik temanku ataupun temanmu tak banyak yang mengetahui tentang profil kita. Menikah soal kelurusan niat dan tekat. Barangkali sudah menjadi semacam dogma diluar sana kalau pernikahan butuh persiapan dan perencanaan selama bertahun tahun lamanya untuk menyiapkan keperluan ini dan itu terkait finansial. Tapi ternyata sedikit yang mengira kalau menikah bukan perkara kesiapan finansial tetapi masalah kelurusan niat tentang apa tujuan dari menikah.

Kisa juga saling percaya, sebab menikah tak hanya menjaga kehormatan diri dan hati, akan tetapi pembuktian untuk mencari keridhoan mulia dalam penerjemahan ketaatan kepada Tuhan dalam meninggikan derajat. Menikah di bulan Sya’ban menjadi awalan yang bagus bagi kami,  mudah mudahan Ramadhan yang akan dihadapi akan lebih maksimal untuk beribadah apalagi ditemani dengan istri tercinta.

Menikah adalah jalan pulang dalam menjalani hidup. Ya! Menikah. Dengan pernikahan seseorang akan memulai perjalanan hidup dengan mementum yang sama. Yakni akan menjalani pernikahan perjalanan hidup kedepan bersama dengan pasangan secara bahagia dengan segala bentuk kemudahan dan kesukaran ditengah segala kekurangan.

Banyak teman teman yang terkejut atas pernikahan kami lewat pertemuan yang singkat ini. Sebab jawabnya juga sederhana dan tidak perlu tergesa gesa dalam menikah. Singkat ! Luruskan niat utama yang membuat keinginan untuk menikah sehingga rejeki itu datang dengan cara bertubi jika niat telah diluruskan.
Menikah, firtah pemberian Allah yang telah lekat pada kehidupan manusia. Dan jika manusia melanggar fitrah pemberian Allah hanyalah kehancuran yang didapatkan. 

“Dan janganlah kalian mendekati zina, karena zina perbuatan yang buruk lagi kotor,” (Qs. Al Isra’ : 32)

“... dan nikahkanlah orang orang yang sendirian diantara kamu, dan orang orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaku dan hamba hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN, MAKA ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah maha luas (PemberianNya) dan maha pengetahui,” (QS. An Nur: 32)

“Wanita yang baik adalah untuk lelaku yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya) Bagi mereka ampunan dan riski yang melimpah (yaitu : Surga)” QS. An Nur : 26)

Jadi mengapa harus berfikir untuk mensegerakan yang baik. Tak perlu perencanaan sampai bertahun tahun dalam jebakan lingkaran dosa. Mudah mudahan selalu diberikan jalan kepada kawan kawan yang temotivasi setelah membaca tulisan ini untuk menikah. Semoga ...  

#KOLONGLANGIT
9 Juni 2015

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates