blog edit

Minggu, 24 November 2013

Keep Calm And Pray For Sinabung


Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM ) Asahan- Tg. Balai mengadakan aksi solidaritas kemanusiaan untuk membantu korban letusan gunung sinabung di kab. karo Sumatera Utara.

Sabtu, 17 Agustus 2013

MOGE SIANTAR



Rabu, 20 Maret 2013

Kartu Sakti VS Razia

Dalam bulan ini, kepolisian lalulintas dikotaku marak menggelar rajia tertib lalulintas bagi pengendara sepedamotor diantaranya berupa pemeriksaan surat kenderaan bermotor baik itu berupa SIM, STNK, helm, kaca spion, tutup pentil ban *looh… kok ? , dan satu lagi pin bebe, maksudnya plat nomor polisi.

Di pagi yang cerah tralala berudara segar hoiyamak itu, seperti biasa aku bersama ribuan pengendara sepeda motor lainnya akan memulai aktifitas pagi. Namanya juga aktifitas pagi dimasa-masa itu memang rawan kemacetan. Aku yang mengendarai sepeda motor Shogun tuaku melaju mulus merayap pasti menerobos kemacetan di jalanan hingga tibalah aku dipersimpangan lampu merah dan disinilah petaka itu terjadi.

“ Priitt….. !!!”
“ Alamaaak jang, rajia pulak rupanya … !!”

Seorang polisi lalulintas berseragam rompi hijau yang menjadi momok bagi semua pengendara dijalanan menghadang dan berdiri ditengah-tengahku. Untung saja aku tak gugup dan tidak menabrak polisi itu yang tadinya aku pikir ada bluto ijo bertubuh tinggi tegap berdiri dijalan, karena memang pikiranku masih waras aku tak jadi menabraknya, pikirku dia masih saudara sepupu dengan Hulk. Polisi tersebut bersembunyi di balik mobil yang sengaja diparkirkan, aku yang sudah kepergok tak bisa mengelak lagi dengan senyum nista penuh dengan kharismatik nafsu yang menggelora membalas sapaan mesra pak polisi yang ganteng itu. Wajar saja aku diberhentikannya karena gak pakai helm.

“ Selamat pagi pak, bisa liat surat-suratnya ?” Kalimat pamungkas yang diucapkan semua polantas ketika memeriksa rajia. Bagi semua pelanggar lalulintas yang terjerat pertanyaan ini serasa kalimat pamungkas yang ditayakan malaikat pencabut nyawa kepada nasabahnya.

Sementara itu aku masih tak percaya, kenapa la tadi gak pakai helm. Aku yang masih bengong membalas sapaan pak polisi tadi. “ Semangat pagi pak !” Eh, maksudnya selamat pagi pak “

***

Terus si pak polisinya jawab ….

“ Huah kamu ini yang Perdana Bens di twitter itu kan, yg punya account name Perdana Oi Bens Chaniago itu ya? Huah saya udah foloow kamu loch, soalnya banyak sekali twets yang kamu posting itu yang bagus-bagus punya dan kocak bernada hoiyamak gitu… apa lagi kamu kan sering posting di twitter, tips tentang cara memperbesar itunya laki-laki kan ? “

Eh rupanya bapak bens holic juga yah ? tanyaku sotoy dan penuh dengan wibawa.

“Hooiyamak, iyalah aku kan bens holic sejati, kalok gak percaya liat aja ni di bok*ng saya ada tattoo yang logonya bens holic, owh ya udah, kamu jalan aja lah karena saya fans berat kamu, gak usah saya tilang ehh, cobak dulu ini …. (sambil mengeluarkan kertas)” , | Aimakjang masak aku ditilang jugak pak ? | “ ini bukan kertas tilang ? nah cobak bang Bens letakkan tanda tangannya disini !! “ | huah gak nyangka saya pak ada jugak bens holic aparat negara seperti bapak … (gumamku kagum).
Aku masih menghayal sambil ngeruk ngupil pakai tombol klakson ….

“ Dek, cobak kau pinggirkan dulu sepeda motor mu jangan ditengah-tengah, liat tu jalanan macet, gara-gara kau !! Pagi-pagi kok udah menghayal pulak kau … cepat mana surat-surat mu !”

“ Owh… iya iya pak…. “ pak polisi yang berwibawa itu menghentikan lamunanku yang tadinya ku pikir dia adalah bens holic cabang kepolisian. Rupanya aku melamuun….

****



Aku menepikan sepeda Shogun busuk-ku bersama puluhan pengendara lain yang kena rajia. Banyak yang terkena rajia adalah para pelajar, kasian juga mereka pikirku malah ada sebagian siswi yang nangis-nangis karena sepeda motornya ditilang polisi dan terlambat masuk ke sekolah.

“ Aduuh.. kenapa gak pakai helm dek ? padahalkan pakai helm itu kan kewajiban kalau naik motor ? “
“ hehehe…. Iya pak, kebetulan helm saya dipinjam teman kemarin belum dipulangin “ jawabku jujur dan lagi-lagi dengan senyum yang belepotan upil disana-sini.

Memang biasanya aku selalu pakai helm kalau bawa motor, tapi entah kenapa kali ini aku tak memakainya karena memang helm yang dipinjam temanku kemarin belum ia pulangkan.

“ Ya udah, keluarkan surat-suratnya ? “

Aku yang sambil membuka tas hitam eigerku karena sim dan stnk ada didalam dompet, sedangkan dompetnya ada didalam tas, jadi pak polantas tersebut harus sedikit sabar menunggu ku mencari dompet yang terselip di dalam tas.

“ Mau pergi kemana rupanya dek ? “ tanyanya ramah.
“ Mau ke kantor, di kompleks terminal madya pak ?” jawabku singkat sambil sibuk mencari dompet.
“ Memang kerja dimana ?”
“ Dikantor surat kabar Asah*n Pos pak? “ jawabku selow.

Akhirnya dompetku pun ketemu dan sekarang mencoba mencari sim dan stnk yang terselip di bawah lipatan kartu atm dan kartu sakti, sementara itu pak polisi masih memperhatikan gerak-gerakku. Karena sim dan stnk ada dilipatan dompet paling ujung aku kesulitan untuk menariknya dan terpaksa membongkar satu demi satu lipatan dan kartu-kartu yang ada di dompetku dan tanpa ku sadari aku menjatuhkan tiga buah pers card bersama satu atm yang ada didompetku. setelah aku menemukan sim dan stnk, ku serahkan kepada petugas polisi yang menilangku dan ku pungut kartu pers yang berserakan tersebut, sementara itu pak polisi masih memperhatikan aku.

“ heemmm…., inilah kadang-kadang kan, nanti kalau udah ditilang ngomongnya kita mitra pak, tapi gak mau pakai helm” repet petugas itu yang tanpa ku sadari aku telah menunjukkan kartu sakti kepadanya, ketika tanpa sengaja ku jatuhkan tadi. Mungkin dirinya telah beberapa kali menilang orang yang memegang kartu sakti (pers card) ini karena urusannya ribet akhirnya dia urung untuk menilangnya.

“ Iya pak, saya sadar salah, sebenarnya kalau kemana-mana saya selalu pakai helm kok, karena naas ini saja pas kebetulan gak pakai helm kena rajia. Saya pun sebenarnya gak mau menunjuk-tunjukin saya ini siapa, dengan mengeluarkan id card tadi, tanpa sengaja tadi terjatuh pak, nanti dikira petugas dilapangan tebang pilih “
“ Ya udahlah laen kali pakai la helmnya, kalau memang kita bermitra saling menghargai lah “
“ Siap pak, saya sadar saya ini salah, kali ini saya mohon ijin la, biasanya saya pakai helm kok “ pembelaanku sekali lagi.
“ Ya udahlah jalan, kalau ketemu sekali lagi ku tilang kau ya ? “
“ hehe siap dan … “ jawabku tegas sambil ngilap liur yang bejatuhan.

Dari tulisan dan pengalamanku ini sebenarnya aku bukan ingin menunjukkan bahwa pemegang id card sakti bisa liar kemana saja dan
aparat dan tak akan menjeratnya dengan tebang pilih, akan tetapi memang perlunya kesadaran kita disini sebagai pengguna sepedamotor bahwa memang harus melengkapi ketentuan berkas dan kelengkapan dijalan, demi keamanan kita bersama. Peraturan dibuat untuk dipatuhi bukan untuk dilanggar, jika kesadaran masyarakat akan peraturan tersebut maka momok kepolisian lalu lintas sebagai hantu dijalan akan hilang, terlepaslah dari pencitraan buruk polantas belakangan ini yang kerap kali diissuekan menerima suap ketika bertugas. Tapi setidaknya itu semua kembali kepada kita, yang menjalani peraturan tersebut.

Rabu, 06 Maret 2013

TABLOID IMM PUNYA CERITA ( PC. IMM Asahan-Tg.Balai)

Edisi 1 dan 2 Tabloid IMM Punya Cerita ( PC. IMM Asahan - Tg.Balai)

Edisi 01 Halaman 1


Edisi 02 Halaman 1


Halaman 16 Edisi kedua


Untuk Edisi Pertama silahkan Download di sini ...

http://www.4shared.com/folder/FgIVkBUO/Edisi_1_IPC.html

^_^ " Semoga Berkah Ilahi Melimpahi Perjuangan Kami. Faskho "

Selasa, 15 Januari 2013

Koro-Koro Berbuah Cempodak.

Cerita ini bermula dimalam minggu yang bernuansa Hoiiyamak gitu, aku bersama dua orang teman se kos, (Rudi dan Iwan) sedang menikmati malam yang durjana ini, bergitar ria dan mengiklaskan hati melihat lepat sama daun yg lalu lalang diatas kuda besi dari lantai dua kos kami. Jika malam week end seperti ini (malam minggu) aku tak ingin lewat jalanan kota karena yg ada malah bikin keki, dan pengen gulung itu jalan aja, dan selalu berharap tiap malam minggu Allah ta’ala menurunkan hujan selebat-lebatnya, angin kencang putting beliung bahkan topan badai.

Nah tapi dalam episode kali ini aku bukannya ingin menceritakan nasib durjana kami. Akan tetapi cerita ini diawali dengan datanglah seorang teman (untuk menjaga citra baik tujuh turunannya maka nama kawan tersebut sengaja aku samarkan) sebut saja namanya si Karpidhol 20 taun, berparas polos membahana, tinggi semampai, rambut ikal, jika berjalan rembulan pun padam ...

Nah, entah ada angina pa si Pidol tadi menyambangi kos kami …
Secara tengtereeng dia masuk bak pawor renjes yang dengan binalnya mengagetkan kami semua dari khayalan tingkat tinggi di malam minggu yang membahana tadi.

“ Wooii bang, apa nya malam minggu kok macam ayam saket aja di kos ini, gak pengajian orang abang?”
Busyet jugak ni anak mau membilangkan ritual malam minggu aja pakai bahasa pengajian . Pertanyaannya tak ku gubris segera ku sambar tembakau lima centi yang di gengganmnya.
“ Hayok koro-koro kita bang, aku habis dapat bonus dari kantor ini, tenang aja la
aku yg traktirr !!”

Ibarat anak-anak yg habis di beliin Es Walles kami ber tiga tak percaya akan solusi yang membahana dari si Karphidhool ini, ajakan itu langsung disambut histeris 2 kawan ku dengan salto sambil pushup, sementara aku masih menikmati upil kripsi yang
telah dijamurkan.

“ Ayook, serius kau ni kan “ jawab kami serentak.
“ Bahh serius la bang “ jawab nya.

Secara serentak kami menyetujui ajakan dan moment ini tak akan kami lewatkan, betapa tidak makan 3 kali sehari aja untuk kelas anak kos seperti kami udah mantep apalagi bisa dapat koro-koro yang free gini, yah itung-itung ngilangin suntuk. Dengan semangka sekilo lima ribu owh maaf maksud saya semangat yang menggebu, kami engkol kuda besi menuju tempat karaoke di tengah kota.

Sampai disana posisi semua kamar full, maklum posisi malam minggu, belakangan aku sadar mengapa tempat karaoke begitu menjamur di kota – kota besar, maklum tempat ini bisa mengurangi atau bahkan meminimalisir orang stress bagi warganya. Sekitar 20 menit kemudian tanpa cincong kami di panggil sama mbak-mbak si penjaga karoke. “Bang yg nomor 2 ada yang kosong, itu” Kata si penjaga karoke.

Tanpa cincong lagi kami yang udah benafsu pengen menghancurkan loudspeaker denagn suara cempreng kami pun masuk tanpa ragu, sekeliling orang memperhatikan langkah kami. Dalam hati kami hanya bilang “mana la open awak”

Kamipun masuk, dengan penuh keyakinan apalagi malam ini ada Bandar yang biayai kami, satu persatu dari kami menyumbangkan hits terbaiknya secara bergantian hingga tak terasa satu jam pertama pun berlalu, lantas si mbak-mbak tadi masuk dan “ bang mauu tambah lagi gak, waktunya dah mau habis ni” namun dengan mantap sang Bandar kami menjawab “ tambooh kak 1 jam lagi” dan kami pun girang dalam hati dan bilang “aiih mak segan kali awak ah, sama bang karphidol ini ah, ntah kek mana la balasnya ini “ “udah amaan itu bang” balasnya pulak. Kami melanjutkan untuk menghancurkan pita suara.


(Ket Foto: Beberapa Menit Sebelum peristiwa memalukan itu terjadi)


Singkat cerita waktu habis, kami menorehkan beberapa prestasi diantaranya AC ruangan yang tadinya adem mendadak berubah menjadi padam, 3 bijik loudspeaker jebol, 2 biji microphone sompel kenak gigit, kaca-kaca luluh lantak pecah karena suara kami, computer PC pemutar lagu mendadak kenak virus Trojan, LCD TV nya retak-retak , dan kami pun melenggang menuju kasir.
Karena kami pikir toke kami malam itu adalah si karpidol kami pun tak sangsi lagi. Si karpidhol menghadap kasiir dan “berapa mbak ??” “185rebu bang”.

Aku dan dua kawanku hanya menonton aja, dan memerhatikan si karpidhol yang salah tingkah dan mulai keringat dingin, entah dia grogii liat cewe’ yg bohai atau apa kami pun gak ngerti, hingga akhirnya keluarlah kalimat pamungkas dari muncungnya. “Woi uangnya kurang, ada kelen pegang duit ?” Haiih mak jang pikir kami dalam ati.
Berapa rupanya kurangnya dool ? “ Tanyaku sok kepatenan. Lapan puluh lima ribu lagi bang. “hooih mak-jang, apa gak haram jaddah kali kau, ngajak kami gayamu macam toke blacan ngajak ke tempat karaoke pegang duit cuman cepek ribu !” Aku naik pitam.
Mampos la kita ini, kawanku yang satu merepet janda. Aku pun memegang kantong clana, sialnya aku gak bawa dompet pulak, sementara kawan ku yang satunya lagi mencoba menghitung recehan yang ada dari dalam dompetnya dan secara tengtereng te kumpullah duit 80 rebu. Lima ribu lagi wee.. ?

Sementara si mbak-mbak yg tadi udah risih aja sama kami dalam hati mungkin dugaannya benar melihat tampang gembel kami gak akan sanggup bayar. Bongkar punya bongar sampai hampir ngerogoh celdam akhirnya recehan demi recehan terkumpukan dan terbayarlah lunas sgala dosa kami pada malam itu.

Dan kami pun pulang dengan hati gundah gelana dengan sumpah serapah … sambil garuk-garuk bokong sama-sama kami berseru dalan hati … “Tentara Belando ketimpa Cempedak, habis habis Koro2 Duitpun Cekak” Hoiiyamaak ….

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates