blog edit

Kamis, 19 Maret 2015

Mengintervensi [Tuhan]

Seperti katanya, "Berdoa itu seperti mengkayuh sepeda. Berulang-ulang dilakukan setiap saat, secara perlahan terus menerus dan pasti akan sampai tujuan,".
Seberapa jauh jarak tempuh yang dituju maka maka semakin jauh dan sering pula kita akan mengkayuh begitupula sebaliknya.

Teruntuk mu wanita yang kerap melekatkan keningnya diatas sajadah berpeluk harap diantara diamnya malam menjelang pagi datang. Rasanya siapapun akan sepakat, bahwa tak ada sajak yang lebih puistis dari sajak manapun selain mengilustrasikan wanita yang berpeluh harap saat pagi dini hari dalam doa. Seperti katanya, berdoa itu ibarat mengkayuh sepeda dilakukan berulang ulang...

Siapapun sepakat, berdoa adalah media intervensi halus manusia kepada Tuhan untuk mengikis secara perlahan rasa khawatir, takut, was was atas permasalahan yang kita hadapi merubah dan menjadikan yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang sulit menjadi mudah, yang mustahil menjadi ada, yang takut menjadi berani, yang terang menjadi gelap. Seperti katanya, berdoa itu ibarat mengkayuh sepeda, harus dilakukan sesering mungkin. 


"... dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadamu Ya Tuhan ku." (QS: Maryam 4)

Semakin besar harap yang digantungkan, semakin jauh pula kayuhan yang akan dilakukan secara terus menerus dan berulang ulang. Aku sendiri mulai kecanduan, kutipan dalam surat Maryam: 4 menjadi refleksi bagi diri. Jika tak pernah berharap mengkayuh dalam doa, maka tak akan sampai pada tujuan. Seperti katanya, berdoa itu seperti mengkayuh sepeda, harus dilakukan berulang-ulang.

Teruntuk mu wanita yang kerap melekatkan keningnya dalam sajadah berpeluh doa. Semoga doa doa kita yang diilustrasikan dalam kayuhan sepeda tetap dilakukan secara terus menerus, bersamaan dan berulang ulang. Walau sebenarnya kita tak ingin tahu dan sepakat kalau sekalipun kayuhan ini tak akan pernah berhenti sekalipun dia mencapai tempat tujuannya.

#KolongLangit

Senin, 16 Maret 2015

Heboh Hoax si #KakekSarung

Oleh @Perdana_Bens *




Cerita heboh tentang #KakekSarung yang hari ini tak satu orang pun tahu bagaimana kronologis pastinya berkembang luas, khususnya bagi masyarakat di sekitar Kota Medan dan Binjai. Tak jelas siapa yang memulai mengkisahkan cerita ini hingga meneruskannya ke pesan singkat broadcast bbm , mulut ke mulut dan bikin geger se Sumut pada bulan Maret 2015 ini.

Di Jakarta sempat tenar nenek gayung pada tahun 2012, bisa jadi cerita Kakek sarung ini melanjutkan perjalanan mistis yang tak satu orangpun dapat menceritakan bagaimana kejadian sebenarnya. Ketenaran nenek gayung pun melejit dengan diluncurkannya film di bioskop-bioskop Indonesia, bergenre horor dan kemudian ceritanya padam dengan sendiri ditengah tengah masyarakat tanpa ending yang jelas.

Dikutip dari sebuah pesan bbm, alkisah rumor #KakekSarung ini bermula dari seorang kakek yang berkeliling jualan sarung di Kota Medan – Binjai dengan harga yang murah. Si Kakek ini menjual sarungnya dengan harga lima ribu sampai sepuluh ribu saja, namun jika ada yang berani menolak barang yang ia jual maka si kakek akan menangis dan meronta hingga membuat orang iba untuk membeli sarungnya.

Konon sarung tersebut adalah kain kafan, dan bagi siapa saja yang membelinya akan mendapat kesialan dan bakal meninggal. Rumor beredar kain tersebut memiliki kekuatan mistis, digunakan sebagai alat ilmu hitam dan bagi siapa saja yang membeli kain sarung itu akan mati!.

Cerita kakek sarung, diperkuat dengan banyaknya tersiar kabar yang lagi lagi belum jelas kebenarannya masih dari sebuah pesan singkat Broadast di social media, tentang penampakan kakek tersebut di jalanan pasar di sebuah tempat di Kota Medan. Orang orang mempergokinya menjual sarung, karena cerita berkembang si kakek adalah dukun yang menganut ilmu hitam, beramai ramai orang menghakimi kakek yang tak diketahui identitasnya itu hingga tewas.

Begitu cepat masyarakat menerjemahkan rumor tersebut lantas mencurigai kakek kakek atau orang tua yang menjual sarung di pasar, jalanan atau tempat tempat umum lainnya akan dicap sebagai dukun dan dialah si #kakekSarung yang diceritakan itu, selanjutnya cerita tak hanya ramai di dunia maya, anak sekolah ikut serta membahasnya di ruang kelas, ibu ibu mengkajinya di acara arisan, bapak bapak membedahnya di warung kopi, dan … banyak lagi.

Perihal saktinya sarung si kakek itu yang bisa menghilangkan nyawa orang lain hyanya sebatas kita dengar dari mulut ke mulut. Mata masyarakat harus dibuka. Hal hal yang berbau mistis itu kita bisa saja kita yakini adanya namun tidaklah menjadi ajang penghakiman, kepada bapak bapak penjual sarung yang usianya tua.

Bisa saja rumor #KakekSarung ini benar adanya namun ceritanya tidak sampai demikian menghilangkan nyawa orang dan diduga sengaja diciptakan oleh si pembuat hoax* (cerita palsu.red). Sekali lagi masyarakat yang cerdas tidak harus membuat dan membesar besarkan cerita tersebut. Jika cerita #KakekSarung itu benar adanya dan penyebarluasan berita tersebut semakin besar maka si Hoaxder (pembuat cerita hoax) sekarang sudah mati terbahak bahak karena isu yang dibangunnya berhasil.Bagi orang yang cerdas seperti si Hoaxder tadi untuk membuat cerita hoax ditengah pesatnya dunia telekomunikasi informasi sekarang ini tidaklah sulit.

Saya pernah bertemu dengan salah seorang teman yang suka usil membuat cerita Hoax. Membahas cerita Kakek Sarung ini dia meyakini hal tersebut adalah permainan hoaxder. Masih ingat tentang Display Picture (DP) di aplikasi Bl*ckberryMessanger yang sulit diganti. Dengan mengirimkan broad cast (BC) dan semacam kode kombinasi angka dan huruf di BBM maka secara otomatis DP akan terganti. Namun setelah mengirim BC, DP BBM tak juga terganti, sementara pesan tersebut diteruskan dari satu kontak ke kontak yang lainnya dan berkembang luas.

Cerita Kakek sarung tersebut biar saja menjadi konsumsi cerita dogeng sebelum tidur bagi ruang dengar kita, tanpa harus meyakininya . Jangan karena rumor Hoax lantas kita takut untuk membeli sarung, apalagi kita mendapati si penjual sarung itu adalah orang yang sudah tua. Dimulai dari diri sendiri, berfikirlah dengan logika, jangan lantas orang yang menjual sarung sebagai korban dari konsumsi berita hoax yang kita dengar.

**Penulis adalahwartawan di Surat Kabar Harian Batak Pos, Ketua Asossiasi Pers Mahasiswa Indonesia, dan redaktur di salah satu surat kabar Mingguan lokal di Asahan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates