blog edit

Senin, 01 Februari 2021

Gagah Dipandang, Ngilu di Pinggang ~

BAGI saya, memiliki mobil Suzuki Katana boleh dikata sebagai tersampainya mimpi di masa lalu. Ya, masa lalu yang saya maksud disini ketika pasca reformasi mengguncang negeri, saat itu saya masih belum tamat dari sekolah dasar. Berbekas sekali dalam ingatan, entah mengapa saya meyakini suatu saat nanti bisa memiliki mobil Suzuki Katana yang tamvan pada djamannya. 
Kesan gagah hingga kini masih melekat pada mobil semi jip keluaran Suzuki itu. Waktu kecil, sayangnya saya tak punya kesempatan untuk bisa menaiki mobil ini karena keluarga kami memang berlatar belakang dari ekonomi bawah. Satu - satunya kesempatan pengalaman luar biasa mencicip gagahnya kenderaan ini lewat alam bawah sadar bernama mimpi. 

Singkat kisah, penghujung tahun 2018 lalu isteri saya menelpon kalau bapak (mertua saya) tengah melihat-melihat mobil katana yang ditawar seorang kenalan agen.

"Uang ayah ada berapa, nanti ditambahin dulu sama Bapak. Ini ada Katana masih bagus. Cocok lah untuk kita, yang penting bisa bawa jalan anak-anak gak kehujanan atau kepanasan," kata isteri saya dalam sambungan telepon.

Saya tak langsung meng-iyakan. Karena saat itu memang benar benar tak punya banyak tabungan simpanan. Setelah berdiskusi panjang dengan isteri, berdalih hanya karena mengelak terhindar dari panas - hujan dan bisa menyenangkan hati dua anak kami yang masih balita. 

Kami mengumpulkan sia sia keuangan yang ada. Dengan sisa perjuangan yang ada ditambah subsidi segar dari kocek mertua, jadilah Katana GX keluaran tahun 1996, berwarna putih, sore itu juga dimahar pada angka 40 juta lebih. Sejujurnya saya juga saat itu masih tak percaya, bisa memiliki mobil. Apalagi Suzuki katana yang pada masa saya belum kencing lurus pernah saya mimpikan. 

Memiliki mobil tua sudah pasti butuh perawatan ekstra. Ada saja sakit batuk, pilek yang dihadapi mesin. Paling penting merawat sabar. Sebab tak jarang ketika kita habis memperbaiki masalah yang satu, lalu timbul soal pada bagian lainnya. Namun jangan khawatir, untuk suku cadang kenderaan ini sangat berlimpah dan ramai dijual selagi masih banyak angkutan kota (angkot) berjenis Suzuki Carry ST100 masih ramai berkeliaran. 

Menunggangi kenderaan ini tentu saja anda tak boleh berekpestasi lebih jika berada di dalamnya untuk ukuran kenyamanan. Kecuali mungkin pada beberapa mobil Katana yang telah dimodifikasi sesuai dengan selera isi kantong pemiliknya. Supensinya yang agak kasar siap membuat penumpang agak pontang panting dibelakang stir kemudinya. 

Tentu saja bagi kalangan orang berduit, memiliki kenderaan lawas sekaliber Katana ada asalan tersendiri bagi mereka mungkin salah satunya alasan historis maupun emosional dengan kenderaan ini di masa dahulu. Begitu pula bagi saya, hanya saja bedanya saya harus berjuang keras untuk mendapatkan kenderaan ini. 

Saya tak begitu sering memakai Katana yang saya punya untuk aktifitas harian. Lebih banyak sebagai fasilitas antar jemput anak anak dari rumah kami menuju kediaman rumah neneknya yang berjarang kurang lebih 15 KM. Untuk perjalanan dalam kota di Bumi Rambate Rata Raya, membawa Katana boleh jadi satu kebanggaan di jalanan.

Barangkali banyak orang di luar sana yang kepingin memiliki tapi belum punya kesempatan menaikinya, jika sebenarnya mereka tahu, Suzuki Katana ini memang ... "Gagah Dipandang, Nyiksa di Pinggang". 


#SalamTigaPintu

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates