5 Juni hari ini dengan 5 Juni setahun yang lalu buat kami sama sama spesial. Istimewa karena ditanggal yang sama adalah hari pernikahan lembaran dimana hidup baru dimulai, dan pada tanggal itu tahun ini adalah awal ramadhan tiba. Belum cukup spesial sampai disitu saja, kedatangan putri pertama kami Shafiyah, menjadi pelengkap kesempurnaan itu.
''Apalagi yang kurang sama kita yah?, ''tanya istri saya.
''Tak ada bunda... Semua sudah sempurna,'' jawabku.
Kami saling lempar senyum, sesekali memperhatikan Shafiyah terlelap tenang di atas ayunan.
5 Juni 2015 - Barangkali saya bersama istri tidak pernah membayangkan pada tanggal itu kami akan memulai kehidupan bersama. Hanya berkomunikasi kurang dari enam bulan lamanya semua terjadi dengan sangat cepat. Langkah kami selalu dimudahkan untuk menikah, karna memang kami ''menikah sebelum mapan''. Alhamdulillah setelah menikah kami tak pernah merasa kekurangan apapun.
Saya, dan mungkin sebahagian orang yang memilih menikah sebelum mapan merasa sangat beruntung. Berbahagialah mereka yang mendapatkan pasangan dan menikah yang belum mapan. ''Rejeki anak sholeh''.
Diluar sana, bahkan sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah teman seusia saya yang laki-laki memilih menunda menikah dengan alasan ‘belum mapan’. Saya juga tak ingin memperdebatkan apa definisi ‘mapan’ di sini, karena mapan bagi setiap orang punya ukuran yang berbeda-beda.
Jika seorang yang hendak menikah memiliki cara berpikir demikian, maka pernikahan bisa didekati dengan cara yang lebih rendah hati. Jika seorang laki-laki bisa berpikir ‘saya belum mapan’, misalnya, maka ia akan mendekati istrinya sebagai seseorang yang akan menyempurnakan hal-hal yang belum mapan dalam dirinya.
''Kapan kawiin??'' Kalau ada yang nanya'in gitu pas moment lebaran besok, jangan malu untuk menjawab... ''Belum Mapan!!'' //
#KolongLangit 00:39/5Juni2016/
''Apalagi yang kurang sama kita yah?, ''tanya istri saya.
''Tak ada bunda... Semua sudah sempurna,'' jawabku.
Kami saling lempar senyum, sesekali memperhatikan Shafiyah terlelap tenang di atas ayunan.
5 Juni 2015 - Barangkali saya bersama istri tidak pernah membayangkan pada tanggal itu kami akan memulai kehidupan bersama. Hanya berkomunikasi kurang dari enam bulan lamanya semua terjadi dengan sangat cepat. Langkah kami selalu dimudahkan untuk menikah, karna memang kami ''menikah sebelum mapan''. Alhamdulillah setelah menikah kami tak pernah merasa kekurangan apapun.
Saya, dan mungkin sebahagian orang yang memilih menikah sebelum mapan merasa sangat beruntung. Berbahagialah mereka yang mendapatkan pasangan dan menikah yang belum mapan. ''Rejeki anak sholeh''.
Diluar sana, bahkan sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah teman seusia saya yang laki-laki memilih menunda menikah dengan alasan ‘belum mapan’. Saya juga tak ingin memperdebatkan apa definisi ‘mapan’ di sini, karena mapan bagi setiap orang punya ukuran yang berbeda-beda.
Jika seorang yang hendak menikah memiliki cara berpikir demikian, maka pernikahan bisa didekati dengan cara yang lebih rendah hati. Jika seorang laki-laki bisa berpikir ‘saya belum mapan’, misalnya, maka ia akan mendekati istrinya sebagai seseorang yang akan menyempurnakan hal-hal yang belum mapan dalam dirinya.
''Kapan kawiin??'' Kalau ada yang nanya'in gitu pas moment lebaran besok, jangan malu untuk menjawab... ''Belum Mapan!!'' //
#KolongLangit 00:39/5Juni2016/