"Kok lama kali kau datang ke kantor Pradana, Bapak udah di kantor ini, cepat ko kesini ya"
Pagi itu, ponsel ku berdering bising hingga membangunkan aku. Ah, masih lagi pukul 8 pagi, aku masih pulas-pulasnya, tapi dentuman dering telpon itu telah mengusikku kasar. Padahal aku baru bergegas menuju kantor skitar pukul 9 atau 10 pagi.
Meski telah berulang kali menjelaskan dengan sabar namaku adalah perdana, tapi orang yang menelponku disebrang tadi kerap memanggilku "Pradana".
***
Aku dipercayakan sebagai redaktur disurat kabar ini selama lebih dari 2 tahun, karna sejak kecil aku memang bercita-cita menjadi wartawan / penulis. Sedang beliau diseberang telpon yang membangunkan aku tadi adalah M. Fakhri, kepala biro / wartawan senior asal Kab.Batubara di Kec. Tanjung Tiram yang lima tahun lalu adalah wilayah dari Kabupaten Asahan setelah pemekaran.
Sejak pertama kali koran ini terbit pada Maret 2001, beliau dipercayakan sebagai kepala biro / wartawan didaerahnya. Namun, sakit yang dideritanya karna faktor usia yang tak lagi prima, ku ketahui beliau masuk rumah sakit hingga menghembuskan nafas terakhir dipanggil yang Maha Kuasa pada Senin, (20/1) lalu. Aku sempat kesal dalam hati karna tak sempat melihat beliau untuk terakhir kalinya, karna dihari itu sedang ada tugas diluar kota. Meski telah berulang kali ketika bertemu ia kerap mengatakan kapan akan datang ke rumahnya.
Pembaca setia ASPOS pastilah mengenal style tulisan yang diakhir beritanya diberi inisial name (BK). Berita-berita yang ditulis beliau memang berasal dari daerahnya seputar kec.Tanjungtiram Kab.Batubara. Semua, kejadian yang diingatnya, orang yang ditemuinya dijadikannya bahan pemberitaan, mulai dari pedagang batu giok di pasar, pemborong proyek, guru, nelayan, kades, camat, kepala dinas bahkan Bupati sekalipun ia akan tulis dengan gaya tulisannya sendiri, meski tugasku selanjutnya akan dipusingkan dengan rilis berita yang ia buat karena gaya bahasa khasnya dan tata huruf tak beraturan. Ia juga akan kerap menulis jalanan yang berlobang didaerahnya, profil tokoh nazir mesjid, sampai anak sekolah yang ugal-ugalan mengendarai sepeda motor, tapi itulah gaya tulisan beliau yang ditulis sekenanya.
Pernah suatu ketika itu aku, dan beberapa wartawan sedang berkumpul di kantor redaksi, dan dari dalam tas yang biasa ia bawa mengeluarkan foto-foto koleksinya yang ditata rapi dalam album foto. Siapapun pejabat penting maupun artis yang berkunjung ke daerahnya pernah berfoto bersamanya. Dalam koleksi foto album tersebut beliau sempat memamerkan foto-foto gubernur Sumut yang menjabat dari jamannya Alm Raja Inal Siregar sampai gubernur sekarang, tak hanya disitu, dalam koleksi fotonya juga ada pejabat-pejabat dinas kepolisian mulai dari Kepala Pos, Kapolres, sampai Kapolda, begitu juga pimpinan Dandim yang pernah bertugas, ada juga foto-foto bersama artis Ibu Kota yang pernah datang ke Tanjung Tiram, hingga ruang redaksi kantor siang itu riuh dengan aksi pamer foto beliau.
Kini kami, dan seluruh pembaca setia ASPOS pastinya merasa kehilangan tak dapat lagi membaca tulisan-tulisan berita nyentrik dari wartawan senior asal Tanjung Tiram tersebut. "Selamat Jalan pak BK, semoga amalan dan ibadahnya mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT, Amiin"
Pagi itu, ponsel ku berdering bising hingga membangunkan aku. Ah, masih lagi pukul 8 pagi, aku masih pulas-pulasnya, tapi dentuman dering telpon itu telah mengusikku kasar. Padahal aku baru bergegas menuju kantor skitar pukul 9 atau 10 pagi.
Meski telah berulang kali menjelaskan dengan sabar namaku adalah perdana, tapi orang yang menelponku disebrang tadi kerap memanggilku "Pradana".
***
Aku dipercayakan sebagai redaktur disurat kabar ini selama lebih dari 2 tahun, karna sejak kecil aku memang bercita-cita menjadi wartawan / penulis. Sedang beliau diseberang telpon yang membangunkan aku tadi adalah M. Fakhri, kepala biro / wartawan senior asal Kab.Batubara di Kec. Tanjung Tiram yang lima tahun lalu adalah wilayah dari Kabupaten Asahan setelah pemekaran.
Sejak pertama kali koran ini terbit pada Maret 2001, beliau dipercayakan sebagai kepala biro / wartawan didaerahnya. Namun, sakit yang dideritanya karna faktor usia yang tak lagi prima, ku ketahui beliau masuk rumah sakit hingga menghembuskan nafas terakhir dipanggil yang Maha Kuasa pada Senin, (20/1) lalu. Aku sempat kesal dalam hati karna tak sempat melihat beliau untuk terakhir kalinya, karna dihari itu sedang ada tugas diluar kota. Meski telah berulang kali ketika bertemu ia kerap mengatakan kapan akan datang ke rumahnya.
Pembaca setia ASPOS pastilah mengenal style tulisan yang diakhir beritanya diberi inisial name (BK). Berita-berita yang ditulis beliau memang berasal dari daerahnya seputar kec.Tanjungtiram Kab.Batubara. Semua, kejadian yang diingatnya, orang yang ditemuinya dijadikannya bahan pemberitaan, mulai dari pedagang batu giok di pasar, pemborong proyek, guru, nelayan, kades, camat, kepala dinas bahkan Bupati sekalipun ia akan tulis dengan gaya tulisannya sendiri, meski tugasku selanjutnya akan dipusingkan dengan rilis berita yang ia buat karena gaya bahasa khasnya dan tata huruf tak beraturan. Ia juga akan kerap menulis jalanan yang berlobang didaerahnya, profil tokoh nazir mesjid, sampai anak sekolah yang ugal-ugalan mengendarai sepeda motor, tapi itulah gaya tulisan beliau yang ditulis sekenanya.
Pernah suatu ketika itu aku, dan beberapa wartawan sedang berkumpul di kantor redaksi, dan dari dalam tas yang biasa ia bawa mengeluarkan foto-foto koleksinya yang ditata rapi dalam album foto. Siapapun pejabat penting maupun artis yang berkunjung ke daerahnya pernah berfoto bersamanya. Dalam koleksi foto album tersebut beliau sempat memamerkan foto-foto gubernur Sumut yang menjabat dari jamannya Alm Raja Inal Siregar sampai gubernur sekarang, tak hanya disitu, dalam koleksi fotonya juga ada pejabat-pejabat dinas kepolisian mulai dari Kepala Pos, Kapolres, sampai Kapolda, begitu juga pimpinan Dandim yang pernah bertugas, ada juga foto-foto bersama artis Ibu Kota yang pernah datang ke Tanjung Tiram, hingga ruang redaksi kantor siang itu riuh dengan aksi pamer foto beliau.
Kini kami, dan seluruh pembaca setia ASPOS pastinya merasa kehilangan tak dapat lagi membaca tulisan-tulisan berita nyentrik dari wartawan senior asal Tanjung Tiram tersebut. "Selamat Jalan pak BK, semoga amalan dan ibadahnya mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT, Amiin"