blog edit

Rabu, 29 Januari 2014

Selamat Jalan Wartawan Senior "BK"

"Kok lama kali kau datang ke kantor Pradana, Bapak udah di kantor ini, cepat ko kesini ya"

Pagi itu, ponsel ku berdering bising hingga membangunkan aku. Ah, masih lagi pukul 8 pagi, aku masih pulas-pulasnya, tapi dentuman dering telpon itu telah mengusikku kasar. Padahal aku baru bergegas menuju kantor skitar pukul 9 atau 10 pagi.

Meski telah berulang kali menjelaskan dengan sabar namaku adalah perdana, tapi orang yang menelponku disebrang tadi kerap memanggilku "Pradana".

***





Aku dipercayakan sebagai redaktur disurat kabar ini selama lebih dari 2 tahun, karna sejak kecil aku memang bercita-cita menjadi wartawan / penulis. Sedang beliau diseberang telpon yang membangunkan aku tadi adalah M. Fakhri, kepala biro / wartawan senior asal Kab.Batubara di Kec. Tanjung Tiram yang lima tahun lalu adalah wilayah dari Kabupaten Asahan setelah pemekaran.


Sejak pertama kali koran ini terbit pada Maret 2001, beliau dipercayakan sebagai kepala biro / wartawan didaerahnya. Namun, sakit yang dideritanya karna faktor usia yang tak lagi prima, ku ketahui beliau masuk rumah sakit hingga menghembuskan nafas terakhir dipanggil yang Maha Kuasa pada Senin, (20/1) lalu. Aku sempat kesal dalam hati karna tak sempat melihat beliau untuk terakhir kalinya, karna dihari itu sedang ada tugas diluar kota. Meski telah berulang kali ketika bertemu ia kerap mengatakan kapan akan datang ke rumahnya.


Pembaca setia ASPOS pastilah mengenal style tulisan yang diakhir beritanya diberi inisial name (BK). Berita-berita yang ditulis beliau memang berasal dari daerahnya seputar kec.Tanjungtiram Kab.Batubara. Semua, kejadian yang diingatnya, orang yang ditemuinya dijadikannya bahan pemberitaan, mulai dari pedagang batu giok di pasar, pemborong proyek, guru, nelayan, kades, camat, kepala dinas bahkan Bupati sekalipun ia akan tulis dengan gaya tulisannya sendiri, meski tugasku selanjutnya akan dipusingkan dengan rilis berita yang ia buat karena gaya bahasa khasnya dan tata huruf tak beraturan. Ia juga akan kerap menulis jalanan yang berlobang didaerahnya, profil tokoh nazir mesjid, sampai anak sekolah yang ugal-ugalan mengendarai sepeda motor, tapi itulah gaya tulisan beliau yang ditulis sekenanya.


Pernah suatu ketika itu aku, dan beberapa wartawan sedang berkumpul di kantor redaksi, dan dari dalam tas yang biasa ia bawa mengeluarkan foto-foto koleksinya yang ditata rapi dalam album foto. Siapapun pejabat penting maupun artis yang berkunjung ke daerahnya pernah berfoto bersamanya. Dalam koleksi foto album tersebut beliau sempat memamerkan foto-foto gubernur Sumut yang menjabat dari jamannya Alm Raja Inal Siregar sampai gubernur sekarang, tak hanya disitu, dalam koleksi fotonya juga ada pejabat-pejabat dinas kepolisian mulai dari Kepala Pos, Kapolres, sampai Kapolda, begitu juga pimpinan Dandim yang pernah bertugas, ada juga foto-foto bersama artis Ibu Kota yang pernah datang ke Tanjung Tiram, hingga ruang redaksi kantor siang itu riuh dengan aksi pamer foto beliau.


Kini kami, dan seluruh pembaca setia ASPOS pastinya merasa kehilangan tak dapat lagi membaca tulisan-tulisan berita nyentrik dari wartawan senior asal Tanjung Tiram tersebut. "Selamat Jalan pak BK, semoga amalan dan ibadahnya mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT, Amiin"

Senin, 27 Januari 2014

Li,

“ Aku selalu menguji diriku untuk mengetahui seberapa kuat dan tegarnya seorang Lily, dan hari ini Tuhan langsung menguji aku, keluarga dan mereka yang terkena musinah**”
Tanjungbalai, Minggu pagi, 27 Januari 2014 adalah hari yang tak akan pernah dilupakannya seumur hidupnya. Bagaimana tidak, dihari itu dari dalam gang sempit dikawasan pesisir pemukiman padat penduduk, kobaran api melahap perkampungan tempat dimana ia dan keluarganya bermukim dalam istana kecil ditengah kampung itu. Memang sebelumnya tak pernah aku mengunjungi tempat itu. Musibah kebakaran yang menghanguskan satu kampung tersebut setidaknya meratakan lebih dari 200 rumah dan sekitar 300-an kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.
Namun pemandangan lain yang tak biasa ditunjukkan gadis kecil berperawakan kecil itu. Li kami akrab memanggilnya terlihat biasa saja. Rumahnya ikut terbakar. Ia juniorku di organisasi kemahasiswaan, yang sudah ku anggap layaknya adik sendiri itu terlihat biasa saja seperti tak terjadi apapun dari raut mukanya, padahal kawan kawan yang berkumpul datang menjenguknya begitu menunjukkan rasa empati padanya. Tapi sekali lagi dia masih terlihat “biasa”.
***
Sehari sebelum musibah itu terjadi Li sempat mengirimkan pesan kepadaku melalui “blackbery messanger” dia menanyakan bagaimana cara untuk menulis. Karna sebenarnya dia ingin menulis. Menulis kejadian apapun yang pernah ditemuinya. Aku pun menjelaskan dengan singkat melalui pesan bbm. “Intinya bagian yang tersulit dari menulis adalah memulainya” jawabku singkat diakhir obrolan, meskipun akhir-akhir ini aku sudah tak pernah menulis kembali di luar pekerjaanku sebagai wartawan dan redaktur dibeberapa surat kabar.


“ ... Ya Tuhan, hanya kau dan orang tertentu saja yang bisa mengetahui seberapa dalamnya kesedihanku saat ini. Hanya saja aku tak ingin mengumbar kesedihan sehingga siapa saja tahu kalau aku sebenarnya sedang bersedih ... **“
Kembali, sepenggal tulisannya yang sengaja dikutip dari catatannya facebooknya. Aku yang menyaksikan sendiri perkampungan padat itu telah rata dari lokasi kejadian sekitar pukul 15:00 WIB, tepatnya sekitar 4 jam setelah api dipadamkan.
Sebelum aku dan kawan kawan meninggalkan lokasi kejadian untuk bergegas pulang, Li kembali bertanya kepadaku tentang bagaimana cara memulai untuk menulis. Sekali lagi aku heran ! Tapi berusaha menjelaskan kepadanya tentang cara memulai untuk membuat tulisan dan menunjukkan beberapa tulisan yang sempat aku tulis didalam blog pribadiku kepadanya.
***
Banyak teman teman yang kagum dan salut atas ketegarannya dalam menghadapi musibah. Betapa sebenarnya orang-orang tau kalau dia sedang bersedih, tapi tak lekas ia mengumbarnya. Malamnya ku ketahui sempat ia membuat catatan dan jawaban atas kesedihan yang dilampiaskannya dalam bentuk tulisan.
Untuk adikku Li yang luar biasa. Betapa hari ini dari musibahmu telah memberikan banyak pelajaran dan isnpirasi bagi teman-teman disekitarmu. Betapa beratpun masalah / perjuangan yang dipikul hari ini pasti ada hikmah dan jalan yang terbaik atas semua ini.
“Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan hambanya” (Al-An’am 44)
Tetaplah tampil periang dengan senyum dan memberikan inspirasi, semangat serta sandaran bagi teman temanmu. Tinju karang besar sekalipun didepanmu dengan tangan lemahmu jika itu menjadi penghalangmu... La Tahzan Innalah Ma’ana ! Tersenyumlah, dan jangan menunggu bahagia untuk tersenyum. Setidaknya itulah contoh yang kami dapat darimu.

Jumat, 24 Januari 2014

Pas Photo Saya




Perdana Ramadhan

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates