“ Aku selalu menguji diriku untuk mengetahui seberapa kuat dan tegarnya seorang Lily, dan hari ini Tuhan langsung menguji aku, keluarga dan mereka yang terkena musinah**”
Tanjungbalai, Minggu pagi, 27 Januari 2014 adalah hari yang tak akan pernah dilupakannya seumur hidupnya. Bagaimana tidak, dihari itu dari dalam gang sempit dikawasan pesisir pemukiman padat penduduk, kobaran api melahap perkampungan tempat dimana ia dan keluarganya bermukim dalam istana kecil ditengah kampung itu. Memang sebelumnya tak pernah aku mengunjungi tempat itu. Musibah kebakaran yang menghanguskan satu kampung tersebut setidaknya meratakan lebih dari 200 rumah dan sekitar 300-an kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.
Namun pemandangan lain yang tak biasa ditunjukkan gadis kecil berperawakan kecil itu. Li kami akrab memanggilnya terlihat biasa saja. Rumahnya ikut terbakar. Ia juniorku di organisasi kemahasiswaan, yang sudah ku anggap layaknya adik sendiri itu terlihat biasa saja seperti tak terjadi apapun dari raut mukanya, padahal kawan kawan yang berkumpul datang menjenguknya begitu menunjukkan rasa empati padanya. Tapi sekali lagi dia masih terlihat “biasa”.
***
Sehari sebelum musibah itu terjadi Li sempat mengirimkan pesan kepadaku melalui “blackbery messanger” dia menanyakan bagaimana cara untuk menulis. Karna sebenarnya dia ingin menulis. Menulis kejadian apapun yang pernah ditemuinya. Aku pun menjelaskan dengan singkat melalui pesan bbm. “Intinya bagian yang tersulit dari menulis adalah memulainya” jawabku singkat diakhir obrolan, meskipun akhir-akhir ini aku sudah tak pernah menulis kembali di luar pekerjaanku sebagai wartawan dan redaktur dibeberapa surat kabar.
“ ... Ya Tuhan, hanya kau dan orang tertentu saja yang bisa mengetahui seberapa dalamnya kesedihanku saat ini. Hanya saja aku tak ingin mengumbar kesedihan sehingga siapa saja tahu kalau aku sebenarnya sedang bersedih ... **“
Kembali, sepenggal tulisannya yang sengaja dikutip dari catatannya facebooknya. Aku yang menyaksikan sendiri perkampungan padat itu telah rata dari lokasi kejadian sekitar pukul 15:00 WIB, tepatnya sekitar 4 jam setelah api dipadamkan.
Sebelum aku dan kawan kawan meninggalkan lokasi kejadian untuk bergegas pulang, Li kembali bertanya kepadaku tentang bagaimana cara memulai untuk menulis. Sekali lagi aku heran ! Tapi berusaha menjelaskan kepadanya tentang cara memulai untuk membuat tulisan dan menunjukkan beberapa tulisan yang sempat aku tulis didalam blog pribadiku kepadanya.
***
Banyak teman teman yang kagum dan salut atas ketegarannya dalam menghadapi musibah. Betapa sebenarnya orang-orang tau kalau dia sedang bersedih, tapi tak lekas ia mengumbarnya. Malamnya ku ketahui sempat ia membuat catatan dan jawaban atas kesedihan yang dilampiaskannya dalam bentuk tulisan.
Untuk adikku Li yang luar biasa. Betapa hari ini dari musibahmu telah memberikan banyak pelajaran dan isnpirasi bagi teman-teman disekitarmu. Betapa beratpun masalah / perjuangan yang dipikul hari ini pasti ada hikmah dan jalan yang terbaik atas semua ini.
“Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan hambanya” (Al-An’am 44)
Tetaplah tampil periang dengan senyum dan memberikan inspirasi, semangat serta sandaran bagi teman temanmu. Tinju karang besar sekalipun didepanmu dengan tangan lemahmu jika itu menjadi penghalangmu... La Tahzan Innalah Ma’ana ! Tersenyumlah, dan jangan menunggu bahagia untuk tersenyum. Setidaknya itulah contoh yang kami dapat darimu.
0 komentar:
Posting Komentar