blog edit

Senin, 10 Desember 2018

Cinta, Darah dan Air Mata di Aek Polan


ASAHAN - Novi tak pernah menyangka, mula kerinduan adik bungsunya (FY) yang masih berusia tiga tahun kepada sang Ibu (Susilawaty) menjadi petaka. Itu, setelah ayahnya terlibat duel maut di pagi berdarah kampung Aek Polan, Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan, Senin (/12) lalu sekitar pukul 07:00 WIB. 

Dihadapan Novi dan FY, ayah mereka Rudi Selamat (55) meregang nyawa. Pria malang itu dihujani tikaman dengan pisau dapur oleh Mahyaruddin Siregar (40) yang dituduh Rudi sebagai selingkuhan Susilawaty. Rudi tewas setelah menerima bertubi tikaman di perut, ulu hati dan kepala. 




Mula pagi jahanam itu, berawal ketika Rudi Selamat berboncengan dengan Novi dan FY dari rumah mereka di Kecamatan Air Joman untuk menemui Susilawaty yang sudah lebih dari dua bulan tak kunjung kembali ke rumah. 

Mereka bertiga mengendarai sepedamotor Honda. Rudi yang sudah mengantongi alamat baru sang istri bersama Mahyaruddin diketahui tinggal mengontrak di Aek Polan. Mereka membelah keheningan pagi menuju kontrakan dimaksud.  

Disini tragedy itu bermula. Sesampainya di rumah kontrakan yang ditinggali Susi dan Mahyaruddin api cemburu Rudi semakin menggila. Emosinya diatas puncak. Rudi dibakar cemburu. Dia menggedor rumah kontrakan itu.

Pintu rumah yang dikunci dari dalam didobrak paksa Rudi. Suasana semakin gaduh ketika penunggu rumah membuka pintu. Tanpa basa basi, Rudi menghajar Mahyaruddin tanpa ampun didepan Susi dan disaksikan dua anak mereka. 

Duel bebas didalam rumah tak terelakkan. Mereka baku hantam. Rudi yang berpostur daguk dibanding Mahyaruddin semakin beringas menghajar pria yang dituduhnya sebagai selingkuhan istrinya itu tanpa ampun. 

"Saya sudah minta tolong dan terus dihajar mendiang itu sampai ini kepala bocor. Karena saya pikir tak imbang saya mau lari keluar melarikan diri dari dapur belakang. Rupanya semua pintu sudah dikuncinya dari luar," kata Mahyaruddin di sel tahanan Mapolres Asahan usai dirinya dibekuk oleh Unit Jatanras Satreskrim Polres Asahan Sabtu (8/12) siang kepada wartawan.

Karena terdesak dan kalah Mahyaruddin terancam. Dia ingin kabur dari hujanan pukulan Rudi dengan bermaksud lari lewat pintu belakang. Ternyata semua pintu sudah dikunci dari luar oleh Rudi. Mahyaruddin makin terdesak. Dia melihat sebilah pisau di dapur belakang rumah lantas menggunakan senjata tajam itu untuk melanjutkan pertarungan. 

"Saya tak punya niat membunuh pak. Pisau itu memang saya ambil karena saya udah terancam dan kalah berantam sama mendiang," bela Mahyaruddin kembali 

Sama sama tersulut emosi, Mahyaruddin menikam tubuh korban tanpa ampun. Susi sempat ingin memisahka keduanya namun perempuan itu tak sanggup. Seketika, Rudi tewas bersimbah darah di tangan Mahyaruddin. 

Suasana kacau. Bahkan menurut kesaksian Novi ia sempat dikejar oleh pelaku setelah membantai ayahnya dengan pisau. Setelah itu, Mahyaruddin mengajak Susi melarikan diri menggunakan sepedamotor milik Rudi Selamat. 

Empat hari berselang. Pelarian dua sejoli ini berakhir di Rokan Hulu, Riau. Itu setelah unit Jatanras Satreskrim Polres Asahan berhasil mengidentifikasi lokasi pelarian mereka dan ditangkap pada Jumat (7/12).

"Ini mereka larinya sudah jauh. Anggota kami dilapangan bertaruh nyawa untun dapatin mereka di Rokan Hulu sana. Sampai naik sampan segala," Kata Kapolres Asahan AKBP Faisal F Napitupulu saat pemaparan kasus kepada sejumlah awak media, Sabtu (8/12) di Mapolres Asahan.

Dihadapan wartawan, Kapolres mengatakan adapun tersangka melakukan pembunuhan ini karena sebelumnya dia dipukuli dan berkelahi dengan korban. 

"Karena kalah berkelahi, dia pergi ke belakang ambil pisau dan menikam korban," kata mantan Kapolres Nias Selatan itu.



M Naufal Kurniadi (28) yang turut hadir ditengah rilis pengungkapan kasus pembunuhan ayahnya di Mapolres Asahan tak kuasa membendung amarahnya. Naufal adalah putra tertuadari istri pertama korban.

Dia sempat berusaha mengejar pelaku MS yang hendak dibopoh petugas menuju sel tahanan. Beruntung aksi itu cepat dihalangi petugas kepolisian dan awak media.

Sambil memaki tersangka Naufal terlihat menangis dan dipeluk rekannya. Kapolres Asahan AKBP Faisal Napitupulu SIK turut ikut meredam amarah pemuda ini.

"Sudahlah, kamu iklaskan saja. Bapak kamu juga sudah pergi tenang disana. Biar pelaku dihukum sesuai  perbuatannya di Pengadilan nanti," kata Kapolres sambil mengelus pundak Naufal yang masih terisak.

Berhasil menenangkan diri, Naufal sejurus kemudian memeluk Kapolres Asahan yang baru kurang dari satu bulan itu menjabat di tanah Rambate Rata Raya.

"Saya ucapkan terimakasih pak, sudah menangkap pelaku pembunuh Bapak saya. Terimaksih ya pak, tak bisa kami balas kebaikan bapak ini," kata Naufal sambil terisak memeluk tubuh Kapolres dan Kasat Reskrim.

** Pesan Almarhum Suami Dalam Mimpi ***

Menurut pengakuan Susilawati, wanita yang diperebutkan oleh dua lelaki itu menyebutkan beberapa bulan yang lalu suaminya (Rudi ) ada memberikan surat kuasa materai yang berisikan Susi boleh kembali menikah dengan lelaki manapun karena saat itu mereka sudah tak ada kecocokan di rumah tangga.

"Ada pak surat pernyataannya di teken kepala desa. Mendiang ini (Rudi) dulunya memang sudah sering menyiksa aku pak. Seeprti uang belanja tak dikasi, sering marah dan pukuli aku saat ngaji," ujar Susi yang mengaku untuk kebutuhan sehari dia harus mencari uang tambaha di Imam Market Kisaran.

Susi tak tahan. Profesi Rudi yang hanya anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) membuat asap dapur rumah mereka tak tentu berasapnya. Sambil tersedu, Ibu lima anak ini mengisahkan kalau Rudi jarang menafkahi keluarga.

“Aku terpaksa kerja sama orang pak di warung bakso. Karena mendiang ini jarang kasi uang. Kalau aku tanya soal uang belanja sering aku dipukul mendiang itu,” kata Susi menceritakan  seponggol kisah pilu keluarganya itu.
   
Sehari membantu dan bekerja dengan orang di warung bakso, Susi mendapat upah sekitar 40 ribu. Disanalah ia bertemu Mahyaruddin,  pelanggan setia di warung bakso tempat dia bekerja. Singkat cerita benih cinta tumbuh. Mayharuddin yang saat itu berstatus duda kala kadung jatuh hati pada Susi.

Mereka menikah siri. Susi pun berhasil meyakinkan Mahyaruddin bahwa ia bebas dipersunting pria manapun berbekal surat bermatrai yang ditandatangani Rudi. Saat peristiwa itu terjadi, Susi tengah hamil dua bulan lepas pernikahannya dengan Mahyaruddin.

Rupanya cinta Mahyaruddin dan Susi malah semakin membuat Rudi murka dan sakit hati. Hingga petaka pagi lewat duel maut itu merenggut nyawanya.  

Dalam pelarian, Susi sempat dihantui mimpi almarhum (suami) –nya itu. “Maaf kan bang ya dek. Mungkin inilah sudah nasib abang. Jagalah anak anak kita dan semoga kalian bahagia,-“ kata Susi menirukan ucapan almarhum dalam mimpinya. 



***

Sebelumnya beredar rekaman video amatir warga. Saat itu terlihat Novi bersama adiknya menangis histeris memanggil nama Bapaknya yang teekapar dipinggir jalan bersimbah darah dan menjadi tontonan warga. 

Di rekaman gambar itu, tangan Rudi sebelum meregang nyawa sempat bergerak gerak. Sialnya tak ada satupun warga yang berinisiatif cepat melarikan korban untuk ditolong ke rumah sakit. Pilunya, vidio itu diabadikan salah seorang warga dan ramai di jagat maya. Beda perlakuan tapi sama sama biadab. (Perdana Ramadhan).

// Artikel ini sudah terbit di Surat Kabar Harian Metro Asahan, Senin 11 Desember 2018.

Minggu, 25 November 2018

Zaman ke Zaman Bioskop Kisaran



Zaman millennial saat ini, bioskop bagi masyarakat di kota Kisaran, Kabupaten Asahan masih menjadi  hiburan ‘barang’ baru. Kendati demikian, tak bisa dipungkiri anak muda kota Kisaran di masa dulu sempat menikmati kejayaan bioskop pada sekitar awal tahun 1980-an hingga pertengahan tahun 1990 - an. 

Sebut saja tiga nama bioskop familiar yang sampai hari ini bekas bangunannya masih beridiri tegak di jantung kota Kisaran, ada Varia, Jaya dan Ria. Ke tiga lokasi ini kerap menjadi tujuan kaula muda saat itu, tergantung kitanya punya duit berapa untuk membayar tiket menonton. 



Varia kini masih berdiri kokoh di Jalan Rivai, Keluaran Kisaran Kota. Bangunan aslinya masih tetap dibiarkan utuh meski dipelataran ex bioskop itu kini beralih fugsi jadi latar pedagang kaki lima. Bekas bangunannya masih utuh. Menengok kondisi dari celah pagar tuanya, seakan tempat ini masih bisa memutar kembali ingatan ketika masa jayanya.

Varia bisa dibilang bioskop yang paling berkelas di kota ini. Memiliki tiga studio, saat itu menjadi satu satunya tempat nonton yang dilengkapi fasilitas AC. Mewah. Kalau mau menikmati suhu ruangan ber-AC agar dibilang ‘pernah’ maka anak muda saat itu pergi- nonton ke Varia. 

“Tergantung kalau kau punya duit berapa saat itu kita mau nonton. Yang jelas untuk di Kisaran ini, bioskop yang berkelas itu di Varia karena studionya ada tiga dilengkapi AC. Kalau duit pas pasan tapi tetap mau nonton datang lah ke Jaya atau Ria,” kata Ismanto warga kota Kisaran mengingat kejayaan fasilitas bioskop saat itu.   

Berbeda dengan Varia. Nasib bioskop Jaya agak sedikit lebih terawat tapi keberadaannya sekarang berubah fungsi. Dari sisi luar gedung kelihatan lebih lebih terlihat rapi. Sekarang bangunan yang berlokasi di Jalan Diponegoro (ujung) ini sudah berpagar beton. Bangunan ini dikomersilkan oleh pemiliknya sebagai gudang logistik barang.

Konon, Bioskop Jaya dikenal sebagai tempat tontonan film yang paling idialis karena memutar film film Nasional ketimbang asing. Tiket masuknya juga ramah dikantong. Jadi primadona masyarakat ekonomi bawah.

Sedangkan Cahaya, kondisi bangunannya kini nyaris tak berbekas. Letaknya di Jalan Sisingamangaraja, bangunan ini sekarang sudah berubah bentuk menjadi rumah sakit swasta Setio Husodo. 

Cahaya Theater atau bioskop Star ini dikenal sebagai tempat nonton paling ‘mesum’ di kota Kisaran. Di tempat ini pernah terjadi aksi pembakaran gerakan spontanitas masyarakat sekitar tahun 1993. Tepatnya di bulan Ramadhan, masyarakat yang geram usai shalat tarawih masa ramai ramai melakukan pembakaran dan pengrusakan terhadap bangunan gedung bioskop.


Star kemudian sempat ditutup sementara oleh pengelolanya dan berubah nama menjadi Cahaya Teather. Namun berubahnya nama menjadi Cahaya masih tetap dengan gaya sajian film ‘mesum’ nya. Tak lama bioskop ini ditutup oleh aparat pemerintah setempat.

Dipenghujung tahun 1990 – an industry  bioskop memiliki tantangan yang berat setelah lahirnya Video Compact Disc (VCD). Pembajakan film marak terjadi. Pelaku hiburan bioskop saat itu undur diri.

***

Sekarang bioskop udah ada di (Kisaran). Keberadaannya sekarang tak hanya dinikmati oleh pecinta cinema yang hobi nonton di akhir pekan. Untuk penonton garis keras, bioskop merupakan ruang apresiasi bagi pelaku industri film. Bagi generasi millennial, ini spot kencan yang harus dikunjungi jika berkocek tebal. Hehe..

Jumat, 10 Agustus 2018

Proklamasikan Koran Sebagai ‘Jurnalistik Kasta Tertinggi’



Mendapatkan sebuah informasi di zaman milenial saat ini sangatlah mudah. Semudah bernafas, asalkan masih punya akses, dalam genggaman tangan kapan dan dimana saja informasi dengan lalulintasnya yang luar biasa mudah didapat. 

Dalam satu kesempatan materi pembekalan wartawan yang saya ikuti,  Ilham Bintang , Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat yang juga pimpinan redaksi majalah cek n ricek menyebutkan ;  Saat ini tantangan pekerja media (jurnalis) adalah dominasi informasi sosial media yang rata rata mendahulukan kecepatan dibanding ketepatan.

Dok. Foto bersama Dahlan Iskan, Pembukaan Hari Pers Nasional di Padang Convention Centre, Sumbar //


Di zaman now, banyak penggiat sosial media dengan mudahnya beropini tanpa bersandar pada data. Kemudian informasi itu mudah tersebar dengan cara berantai melalui smartphone di sosial media, jadilah dia konsumsi informasi publik. Menulis tidak bersandarkan data.

Disinilah letak tantangan pelaku profesi jurnalistik, diantaranya (kami) banyak yang tak terlalu memikirkan sense of urgency.

***

Dalam satu kesempatan pertemuan ‘ diskusi model bisnis media cetak’ yang digelar oleh Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) di Jakarta, (8/8/2018) mantan CEO Jawa Pos Group, Dahlan Iskan mengatakan ; koran jika ingin terus hidup harus berani proklamasikan diri sebagai jurnalistik kasta tertinggi.

Penyebabnya, saat ini banyak koran mulai ditinggal para pembaca karena maraknya media digital terbit.  
Rencana memproklamasikan koran sebagai jurnalistik kasta tertinggi bukan persoalan mudah. Ini persoalan bagaimana menjadikan sumberdaya  pers dengan karya jurnalistik cetak yang enak dikonsumsi pembaca, sehingga kental menjadi pembeda antara bacaan koran dan media digital lainnya.

Di Amerika, orang orang yang ingin mendapatakan informasi harus beli dan baca koran. Karena banyaknya media digital menjual konten hoaks dilinimasa. Time York Time hidup dari kualitas konten mereka yang bagus. Tak pernah ditinggalkan pembacanya.

***

Sebuah pemberitaan media digital, diberitakan terjadi kecelakaan yang  dalam peristiwa itu korbannya mengalami putus tangan sebelah kanan. Tiga jam kemudian segera diralat berganti jadi sebelah kiri. 
Kesalahan tersebut bagi penulis yang memegang teguh prinsip akan membuat dia merasa paling bodoh dan kesalnya setengah mati. Dia akan merasa bersalah.  (**)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates