blog edit

Jumat, 10 Agustus 2018

Proklamasikan Koran Sebagai ‘Jurnalistik Kasta Tertinggi’



Mendapatkan sebuah informasi di zaman milenial saat ini sangatlah mudah. Semudah bernafas, asalkan masih punya akses, dalam genggaman tangan kapan dan dimana saja informasi dengan lalulintasnya yang luar biasa mudah didapat. 

Dalam satu kesempatan materi pembekalan wartawan yang saya ikuti,  Ilham Bintang , Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat yang juga pimpinan redaksi majalah cek n ricek menyebutkan ;  Saat ini tantangan pekerja media (jurnalis) adalah dominasi informasi sosial media yang rata rata mendahulukan kecepatan dibanding ketepatan.

Dok. Foto bersama Dahlan Iskan, Pembukaan Hari Pers Nasional di Padang Convention Centre, Sumbar //


Di zaman now, banyak penggiat sosial media dengan mudahnya beropini tanpa bersandar pada data. Kemudian informasi itu mudah tersebar dengan cara berantai melalui smartphone di sosial media, jadilah dia konsumsi informasi publik. Menulis tidak bersandarkan data.

Disinilah letak tantangan pelaku profesi jurnalistik, diantaranya (kami) banyak yang tak terlalu memikirkan sense of urgency.

***

Dalam satu kesempatan pertemuan ‘ diskusi model bisnis media cetak’ yang digelar oleh Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) di Jakarta, (8/8/2018) mantan CEO Jawa Pos Group, Dahlan Iskan mengatakan ; koran jika ingin terus hidup harus berani proklamasikan diri sebagai jurnalistik kasta tertinggi.

Penyebabnya, saat ini banyak koran mulai ditinggal para pembaca karena maraknya media digital terbit.  
Rencana memproklamasikan koran sebagai jurnalistik kasta tertinggi bukan persoalan mudah. Ini persoalan bagaimana menjadikan sumberdaya  pers dengan karya jurnalistik cetak yang enak dikonsumsi pembaca, sehingga kental menjadi pembeda antara bacaan koran dan media digital lainnya.

Di Amerika, orang orang yang ingin mendapatakan informasi harus beli dan baca koran. Karena banyaknya media digital menjual konten hoaks dilinimasa. Time York Time hidup dari kualitas konten mereka yang bagus. Tak pernah ditinggalkan pembacanya.

***

Sebuah pemberitaan media digital, diberitakan terjadi kecelakaan yang  dalam peristiwa itu korbannya mengalami putus tangan sebelah kanan. Tiga jam kemudian segera diralat berganti jadi sebelah kiri. 
Kesalahan tersebut bagi penulis yang memegang teguh prinsip akan membuat dia merasa paling bodoh dan kesalnya setengah mati. Dia akan merasa bersalah.  (**)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates