blog edit

Sabtu, 01 Februari 2014

Setia Itu Apa ?

Sesuatu yg menurut kita paling berharga, dan didapatkan dengan cara yang tak mudah, sudah pasti akan selalu menjaganya dengan baik setelah dimiliki.

Aku mempunyai beberapa item-item yang hingga kini masih ku gunakan dan ketika itu perjuangan untuk mendapatkan barang tersebut bukanlah perkara yang mudah. Karna cara untuk mendapatkannya yang butuh perjuangan dan proses yang panjang.

Baiklah berdasarkan hasil audit BPK* (sebuah lembaga keuangan, bukan nama rumah makan tradisional yang banyak di jalan jamin ginting Medan / alias B*bi Panggang Karo) barang mewah pertama yang kupunya hingga kini adalah, satu unit sepeda motor buatan Japan tahun keluaran 2004 bermerek Suzuki Shogun, yang ku beli second seharga 6jta di tahun 2008.

Si Gugun Badai ini... (sebutan mentel untuk sepeda motorku) telah menunjukkan kesetiannya kepadaku lebih dari 8 tahun sampai dengan sekarang. Cerita punya cerita, untuk meminang si Gugun, aku ketika itu harus memutilasi habis tabunganku yang gak seberapa itu setelah bekerja selama hampir 2 tahun menjadi pedagang asongan rokok jalanan ketika dibangku SMA. Ngeness kan ? Makanya sampai sekarang sosok si Gugun Badai tak tergantikan, meski beberapa kali aku sempat berfikir untuk mengakhiri hubungan kami di meja pegadaian BPKB tapi niat tersebut acap kali ku urungkan.

Selama hampir 8 tahun Gugun menemaniku ke manapun perjalananku, dialah satu satunya saksi lika liku atas perjalanan kehidupan ku yang sungguh membahana ini, baik dari kisah perjalanan karir, kuliah, pekerjaan, organisasi, sampai percintaan. Bersama sepeda motor asal negeri Miyabi itu aku telah kemana saja, mulai dari perbatasan Aceh, sampai Riau telah dijajal bersamanya. Olehkarena itu tak heran jika ada teman lama yang mengenalku berjumpa kerap kali mereka menanyakan pertanyaan yang membuat aku pengen menancapkan segumpal upil ke muncungnya ... "Masih hidup Shogun botot merah kau itu Bens?"




Paling tidak aku merasa bangga, ketika banyak anak kuliahan datang ke kampus dengan mengandalkan harta orang tuanya mengendarai sepeda motor yang mewah, bahkan untuk mengisi bensin masih minta duit sama ortunya, sementara aku masih merasa bangga dengan apa yang kumiliki atas hasil jerih payah sendiri.

Lanjut, kebarang lawas yang masih aku miliki hingga saat ini adalah kamera pocket Sony, 12,1 Mpxl yg ketika itu aku beli seharga 1,7 juta ditahun 2009. Ketika itu memang kamera masih barang yang langka, bahkan kamera jenis pocket sekalipun. Kamera pocket sony ku ini super pawer dimasanya dan cukup berjasa bagi kawan-kawan disekitarku yang gak punya kamera dan mendatangiku untuk meminjamnya. Terbilang si Oni... (Sebut saja demikian nama kamera ku itu) telah mengantarkan ribuan koleksi foto hasil jefretannya, dan berjasa dalam acara-acara penting seperti, kawinan, ulang tahun, sunatan, maulid, bahkan hingga aku bekerja kini sebagai jurnalis, si Oni kerap menjadi andalan utamaku dalam mengabadikan moment. Walau sempat kecemplung air ketika aku dan teman-teman Mapala GeMPAR ber-arung jeram di Sei Bahbolon, tapi si Oni tetap bisa menjefret-jefret tanpa mengurangi kualitas jefretan terbaiknya, yang gak kalah dengan DLSR.



Lanjut, barang terakhir tak jauh berharga lainnya yang sudah kuanggap sebagai istri sendiri adalah laptop Acer emachines 725 yang kubeli ditahun 2009 seharga 5 jta. Kalau laptop ini pada jamannya ketika itu sudah termasuk yang barang mewah. Masih dalam ingatanku ketika itu kampus tempat ku kuliah ada zona wifinya, dan disitulah aku pamer-pamernya tenteng tenteng laptop karna masih belum banyak yang punya, nongkrong di area wifi dengan gaya sok serius donlot situs gitu-gituan dengan nyantai tanpa harus nunggu loading lama di warnet. Hahaha...

Selama perjalanannya, si leptop Acer busuk ku ini banyak berjasa dalam gelar kesarjanaan beberapa temanku. Banyak hasil tugas akhir maupun skripsi lahir dari tombol-tombol keyboard usangnya. Hingga kini si tengtop ini masih ku bawa-bawa kemanapun aku pergi, dan dirinya merupakan nyawa dalam pekerjaan ku sebagai penulis/redaksi di 4 surat kabar yang hingga kini aku tanggung jawabi.

Sepeda Motor Shugun, kamera Pocket Sony, dan leptop Acer uzur, ini selalu kubawa-bawa kemanapun melangkah setiap harinya. Bukan karena tak mampu menggantinya dengan yang lebih baru, tapi begitu cintanya akan kenangan-kenangan yang dulunya pernah ada, suka duka bersama barang-barang tersebut, dan aku lebih memilih setia bersama mereka dan memutuskan untuk berpisah dengan barang tersebut sampai takdir dan batas kemampuan dimana barang tersebut bisa bertahan.

Kalau lapulak cerita orang beceweknya yakan... dianalogikan dengan orang yg pacaran terus putus, habestu si kawan itu susah untuk istilahnya move on atau cari yang lain ?
Ya,,, karna dia selalu menempatkan sesuatu yang pernah ia punya itu lebih berharga ketimbang apapun yang belum pernah dimilikinya.

"Sesuatu apapun yang didapatkan dengan perjuangan yang berat pasti sulit untuk melepaskannya, atau bukan karna tak sanggup untuk mendapatkan yang baru, tapi masih merasa yang lama masih bisa layak untuk diperjuangkan" :)
-PBC-

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates