blog edit

Selasa, 21 Agustus 2012

Labirin [Cinta] Akal dan Rasa


 


Malam itu  memang aku tengah di sibukkan dengan interaksi yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Seumur hidup memang aku belum pernah berkomunikasi serius dengan seorang wanita. Kita, remaja yang mencoba mencari jati diri, ketika itu memang tengah dimabuk asmara. Saat tak sengajanya bola mata kita beradu, saling berbalas senyum, moment itu secara sengaja kita lakukan. Saling mengintai di antara lorong kios tempat dimana kita bekerja. Kita memang memiliki rasa yang sama. Amboi, indah memang rasa itu.


Ketika itu,  jemari taganku menjamah tombol-tombol seluler dengan penuh semangat bahkan menjurus kasar. Hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Malam ini melalui komunikasi singkat seluler, kita mencoba kerucutkan permainan hati ini.

“ Mau kah kau menjadi pacar ku ?? “

Aku mencoba mencatat sejarah dalam hidupku, karena kalimat ini tak pernah aku ucapkan sebelumnya. Aku hanya sering melihatnya di adegan sinetron. Walau terkesan tak sejantan yang dilakukan kebanyakan pria lain, tapi untuk mengungkapkan ini saja jantung dan nafasku berkolaborasi hebat, mengguncang beribu-ribu skala richter getaran didalamnya.

Kau tak lekas membalas. Aku pun terus was-was, seperti hakim yang akan memfonis sebuah keputusan eksekusi mati kepada terpidana kasus berat.

“ I Love U to .. ! “

Ketika itu aku tak bisa memastikan apakah aku masih berdiri memijak tanah, jantungku berhenti berdetak. Masih jelas dalam ingatanku moment itu 20 agustus 2008.

*  *  *
Kita menjalani sedemikian heroiknya perjalanan asmara ini. Mengorbankan apa saja demi hubungan kita. Membantai dan menetas setiap permasalah yang menghadang jalan kita. Saling menutupi kelemahan di antara kita, saling berbagi dan mengisi. Kita telah membicarakan dan menyatukan visi dan cita-cita kita bersama. Aku ingat tentang heroiknya aku ketika itu mengantarmu ke kampus dan terjebak di bawah derasnya hujan. Atau tentang perjuanganmu karena malas nya aku mengerjakan tugas akhir kuliah, kau begadang untuk menembus kebodohan dan kemalasan ku. Hingga kita sama-sama selesai kuliah.

 Jangan ditanya tentang berapa ratus masalah yang coba menghadang perjalanan kita. Setiap perjalanan dan hubungan pasti mempunyai dinamika tersendiri, kekuatan kita karena kita bisa saling mengisi membunuh manuver – manuver itu satu persatu dengan perlahan.

Semua mengenal kita. Sesekali memang kita membuat iri orang – orang yang sedang merajut rasa seperti kita, yang terkadang sering terkalahkan dalam dinamika, terjebak dalam manuver-manuver hati.  
Tak terasa empat tahun untuk semua itu adalah waktu yang amat panjang untuk kita lalui. Yah sebuah track record bagi kita, dan orang-orang yang kagum pada hubungan kita.

*  * *
Hingga pada akhirnya kita sama – sama menyadari bahwa tak ada hal sekecil apapun yang terjadi karena kebetulah. Bahwa tak ada kejadian sekecil apapun yang tanpa perencanaan. Semua telah tersusun dan terencana rapi tanpa kita ketahui, dan ditakdirkan tanpa ada satupun yang bisa memberikan bantahan atas ketentuan itu.

Aku dan kau menyadari, apa yang kita lakukan ini adalah merupakan gejolak rasa dalam hati yang tak bisa terkalahkan, walau berulang kali kita terjebak dalam onani rasa yang mencoba menghakimi jalan kita. Kita memang saling mencinta.

Ketentuan telah ditentukan, hingga pada akhirnya kita telah sama-sama menyepakati bahwa akal dan perasaan tidaklah dapat berjalan beriringan. Ketika kita mulai mengkaji tentang perasaan yang kita punya yang tidak akan pernah berubah dan  tetap sama. Tapi mungkin tidak tentang akal, yang membuat kita bisa berfikir yang terbaik demi kebaikan bersama. Kita telah mengkaji, dan memperlajari.

Aku sebenarnya hampir sinting mempelajari ini semua akan tetapi kita sama –sama mempertahankan komitmen masing-masing dan mulai mengerti tentang kenapa harus berpisah pada akhirnya. Kita tak mempunyai solusi. Aku tak sanggup dan siap untuk menjemputmu secepat itu. Susah memang untuk dijelaskan dengan retorika dan logika akan tetapi ini adalah untuk kebaikan kita bersama, dan menjadi pelajaran bagi kita.

Semua telah menjadi perencanaan dan ketentuan- Nya. Kini kau telah akan dijemput oleh seseorang yang telah memang ditakdirkan. Walau seseorang itu bukanlah aku, tapi kita telah meyakini bahawa tak ada kejadian yang terjadi tanpa perencanaan dan ketentuan-Nya.

Hingga pada akhirnya …

“ Semoga kita bertemu di syurga, Insya Allah karena kita saling mencinta karena Nya “ kalimat pasti yang kau ucapkan terakhir kali kepadaku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates