Agaknya, saat ini tetua di PWI (Persatuan Wartawan Indonesia)
tingkat Kabupaten Asahan sedang ber - public
opinion jelang pesta perhelatan demokrasi pucuk pimpinan organisasi wartawan
tertua di Indonesia di tingkat kabupaten Rambate Rata Raya yang rencananya
bakal dihelat tangal 9 September 2017 mendatang.

Tentu saja, yang paling dibuat - ‘gerah’ jelang konferensi
adalah Nurkarim Nehe. Dalam level kaderisasi ditubuh organisasi kewartawanan itu di Asahan bahkan sampai level Sumatera
Utara, Nehe boleh dibilang paling punya gengsi. Wajar saja, dia pernah mengecap sebagai
ketua dua periode dimasanya.
Kegusaran Nehe tak bisa dia sembunyikan. Hal itu ditunjukkannya dalam salah satu postingan
komentar di group watshap himpunan wartawan yang memiliki anggota
puluhan orang baik media cetak, maupun elektronik di Kabupaten Asahan.
“Jadi … jika Indra Sikoembang calon tunggal, pertama :
merubah tradisi yang ada. Kedua: mematikan dinamika padahal ini organisasi
profesi yang mengutamakan skill dan profesionalisme*,” tulis wartawan berkompetensi
tingkat utama ini. | *watshap group D.K |1/9/17| 07:26 am.
Nehe paham betul, dalam kerangka organisasi profesi sekaliber PWI tentu
dinamika haruslah diciptakan bukan ditunggu apalagi momentumnya adalah
Konferensi. Maklum saja, Waka (sebutan lain Nehe) selain termasuk tokoh
senior dalam segala line up, dia boleh dikatakan kenyang untuk urusan organisasi, termasuk selain
memimpin PWI Asahan dua periode dan kini aktif memimpin KONI Asahan dua periode pula.
Dalam tulisan obrolan masih dalam pesan watshapnya Nehe
turut menyampaikan bahwa awak Waspada
hanya akan menjadi peserta suksesi dan mendukung para calon ketua dengan
memberikan suara secara baik, ikhlas bahkan tanpa imbalan jabatan sekalipun. Artinya,
lima anggota PWI Asahan dari group Waspada hampir dipastikan tak bakal
melenggang ke bursa calon ketua. Keputusan ini mereka sebut dengan “Pertimbangan Santun Waspada”.
Mempelajari konferensi terdahulu saat terpilihnya Awaluddin
di periode pertama Awal terpilih dengan vote 7 – 2, lima tahun berikutnya dalam
agenda yang sama wartawan Analisa ini kembali memimpin, setelah menang aklamasi dengan
status petahana. Perjalanan Awaluddin
sama seperti seniornya Nurkarim Nehe saat didaulat menjadi ketua PWI Asahan dua
periode berturut turut.
Nama Indra Sikoembang (sekretaris) wartawan Medan Bisnis, sebagai juru masaknya dia PWI Asahan selama dua dekade berturut turut mendampingi Awaluddin
sebagai ketua. Agaknya, Indra sedang diatas angin. Dia terancam
menang aklamasi. Tapi tunggu dulu, konstalasi jelang konferensi bisa saja
berubah.
Nama Heru Sihotang salah satunya yang dijargonkan menantang
Indra. Anak dari almarhum Herman Sihotang yang juga merupakan
salah satu tokoh wartawan lawas di Asahan ini “kadung” digadang gadangkan rekannya untuk bertarung meski mayoritas pendukungnya berasal
dari luar anggota PWI.
Sejak remaja, Heru akrab didunia jurnalistik tak heran
eksistensi dan konsistensi yang dimiliki membuat namanya cukup dikenal khalayak.
Terkait rencana pencalonan namanya di bursa calon ketua PWI Asahan sebenarnya
dia tak ingin sesumbar. Beberapa media cyber
di Asahan mengaku telah mendukung penuh rencana pencalonan untuknya meski tak
terlibat aktif langsung dalam konferensi.
Sebagai organisasi profesi PWI milik publik walau terkesan sedikit
ekslusive sebab tak mudah masuk menjamah kedalam meski seprofesi wartawan
sesuai peraturan dan ketentuan dewan pers.
Konferensi adalah proses musyawarah tertinggi yang diatur
setiap bidak langkahnya. Sejatinya, memang tak pernah ada yang mengharamkan
kemenangan merebut pucuk pimpinan secara aklamasi.
Selamat bermusyawarah !
// Perdana Ramadhan. /BENS
** Penulis adalah
simpatisan dan bukan anggota PWI Asahan.
0 komentar:
Posting Komentar